Foto: Irfan |Tampak Wabup Jayapura Haris Richard S. Yocku, SH., bersama Kakanwil Kemenag Papua Pdt. Klemens Taran, S.Ag., Asisten II Setda Jayapura Dr. Abdul Rahman Basri, M.KP serta Ka Kemenag Jayapura Pdt. Steven A. Wonmaly, S.Sos.,M.AP., dan para pemuka agama Budha di lokasi Pembangunan Klenteng Dharma Agung Sakti di Kawasan Rumah Budaya Sentani, Minggu (19/10).

Sentani, jurnalmamberamofoja.com – Pembangunan Klenteng Dharma Agung Sakti di kawasan Rumah Budaya, Sentani, Kabupaten Jayapura, menjadi babak baru dalam sejarah keberagaman Papua. Wakil Bupati Jayapura, Haris Richard S.Yocku, SH, menyebut hadirnya klenteng pertama di Papua bukan hanya peristiwa keagamaan, tetapi juga pelajaran penting tentang bagaimana sebuah komunitas menjaga warisan budayanya lintas generasi.
Dalam kegiatan peletakan batu pertama yang berlangsung Minggu (19/10) di kompleks Vihara Cycloop Dharmmajaya, Wabup Haris Yocku hadir bersama Asisten II Sekda Kabupaten Jayapura Dr. Abdul Rahman Basri, M.KP serta perwakilan komunitas umat Buddha. Ia menilai pembangunan klenteng tersebut menjadi bukti nyata bahwa Kabupaten Jayapura terus meneguhkan diri sebagai daerah yang menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi semangat toleransi.
Baca juga: Wabup Haris: Klenteng Pertama di Papua Jadi Simbol Hidupnya Toleransi dan Keberagaman
“Klenteng ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol peradaban. Kita bisa belajar bagaimana masyarakat Tionghoa menjaga tradisi mereka selama ribuan tahun. Ini pelajaran penting bagi generasi muda Papua agar turut melestarikan budayanya sendiri,” ujar Wabup Haris saat diwawancarai di Sentani, Rabu (22/10).
Menurutnya, masyarakat Papua memiliki banyak nilai luhur yang tak kalah berharga, namun perlu komitmen bersama untuk dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Ia menekankan bahwa pembangunan rumah ibadah lintas agama juga mencerminkan wajah Kabupaten Jayapura yang inklusif dan terbuka terhadap keberagaman.
“Negara kita mengakui lima agama, salah satunya Buddha. Klenteng ini berdiri di masa pemerintahan Bupati Yunus Wonda dan saya sebagai wakil bupati. Ini berkat bagi kita semua karena akan ada rumah ibadah yang mendoakan kedamaian bagi kota ini,” katanya.

Lebih jauh, Yocku menilai bahwa kehadiran klenteng Dharma Agung Sakti memperkaya khazanah budaya di wilayah Sentani yang dikenal sebagai pusat interaksi berbagai suku dan agama. Ia berharap bangunan tersebut juga dapat menjadi destinasi budaya dan spiritual yang memperkuat harmoni sosial di Papua.
“Kita ingin Kabupaten Jayapura menjadi contoh daerah yang damai dan saling menghormati antarumat beragama. Keberagaman itu bukan ancaman, tapi kekuatan kita,” tegasnya.
Pemerintah daerah, lanjut Wabup, akan terus memberikan dukungan terhadap kegiatan keagamaan dan kebudayaan yang sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Jayapura yakni memperkuat persaudaraan, menciptakan kesejahteraan, dan menjaga kedamaian.
Dalam kesempatan itu, Haris juga menyampaikan apresiasi kepada komunitas umat Buddha yang dinilainya tertib, penuh rasa hormat, dan selalu menjaga komunikasi baik dengan pemerintah daerah.
Baca juga: MRP dan Pemuka Agama Papua Serukan Pesan Damai di Tengah Gelombang Aksi Nasional
“Terima kasih untuk teman-teman umat Buddha yang selalu menunjukkan teladan dalam menjaga toleransi dan kedamaian. Ini menjadi inspirasi bagi kita semua,” ujarnya.
Ia menutup sambutannya dengan ajakan agar seluruh masyarakat di Kabupaten Jayapura terus menjaga persatuan di tengah perbedaan keyakinan dan latar belakang budaya.
“Kita mungkin berbeda-beda, tapi kita satu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mari terus rawat semangat ini agar tanah Papua tetap damai, bersatu, dan diberkati,” pungkasnya.
Laporan: M. Irfan








