
Foto: Willy | Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamberamo Raya, Kasriani Suweny
Burmeso, Jurnal Mamberamo Foja – Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya melalui Dinas Pariwisata akan kembali melaksanakan Festival Budaya Tradisional ke-3.
Agenda tersebut dijadwalkan berlangsung pada 12 dan 16 September 2025 di dua lokasi berbeda, yakni Burmeso dan Poiwai, Distrik Sawai.
Festival budaya tahunan ini menjadi wadah penting untuk menjaga kelestarian kearifan lokal sekaligus memperkenalkan potensi pariwisata Mamberamo Raya ke masyarakat yang lebih luas.
Baca juga: Bupati RR Tegaskan Komitmen Jalankan Sistem Manajemen Talenta ASN
Pada tahun ini, festival mengangkat tema “Cinta Budaya, Jangan Biarkan Punah” dengan subtema “Mewujudkan Mamberamo Raya yang berkecukupan melalui pemberdayaan setiap kampung dalam berkarya.”
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamberamo Raya, Kasriani Suweny, dalam keterangan pers Rabu (3/8) mengatakan festival akan menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya. Di antaranya tarian adat tradisional, tarian kreasi, lomba dayung tradisional serta kuliner khas berbahan dasar sagu.
“Festival Budaya Tradisional ke-3 ini menjadi momen penting untuk memperluas promosi budaya dan pariwisata Mamberamo Raya ke tingkat nasional. Kami berharap kegiatan ini bukan hanya sekadar hiburan tahunan, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan pelestarian budaya daerah. Karena itu kami mengundang masyarakat dan wisatawan untuk hadir serta meramaikan kegiatan sampai selesai,” ujarnya.
Kasriani menambahkan, penyelenggaraan festival akan dibagi di dua lokasi. Pada 12 September, acara dipusatkan di halaman Kantor Dinas Pariwisata Burmeso dengan pertunjukan tarian kreasi dan tarian tradisional.
Baca juga: Kapolres Mamberamo Raya Resmi Buka Turnamen Sepak Bola Bupati Cup III 2025
Sementara pada 16 September, kegiatan berlangsung di Poiwai Distrik Sawai dengan lomba dayung tradisional dan pameran kuliner berbahan sagu.
Melalui kegiatan ini, Dinas Pariwisata berharap festival budaya mampu mempererat persatuan antar-suku, menjaga keberlangsungan budaya masyarakat, serta membuka peluang bagi tumbuhnya ekonomi kreatif di daerah.
Laporan: Wily Awek