Foto: istimewa | Frans X. Rumere, Ketua Pemuda Gereja-Gereja Protestan Indonesia.

Jayapura, jurnalmamberamofoja.com — Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia kembali menjadi pengingat penting bagi dunia, termasuk bagi Indonesia, untuk menegakkan prinsip universal yang dirumuskan dalam Deklarasi Universal HAM (DUHAM) tahun 1948.
Dokumen tersebut menetapkan landasan hak-hak dasar yang melekat pada setiap manusia tanpa pengecualian.
Tema global tahun 2024, “Our Rights, Our Future, Right Now”, mengajak masyarakat internasional untuk bertindak segera demi mewujudkan masa depan yang berkeadilan, berkelanjutan, dan menjunjung martabat manusia. Seruan itu memiliki gema yang sangat kuat di Tanah Papua.
Refleksi HAM: Papua Masih Membawa Luka Lama
Sebagai wilayah yang kaya budaya dan sumber daya alam, Papua terus bergulat dengan persoalan mendasar terkait pemenuhan HAM.
Sejumlah catatan menunjukkan masih adanya diskriminasi, ketimpangan sosial, perampasan tanah adat, dan berbagai bentuk pelanggaran HAM yang berdampak langsung pada keberlangsungan komunitas adat.
Hak atas tanah, air, hutan, dan lingkungan hidup yang layak yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat adat seringkali tersisih oleh kepentingan pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam berskala besar.
Akibatnya, bentang alam berubah, ekosistem rusak, dan ruang hidup masyarakat adat terancam. Bersamaan dengan itu, identitas budaya yang diwariskan turun-temurun menjadi semakin rentan.
Urgensi Indonesia Memperkuat Komitmen HAM di Papua
Momentum Hari HAM Sedunia tahun ini menegaskan perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh dan manusiawi dalam penyelesaian persoalan Papua. Komitmen tersebut mencakup:
– Penghormatan dan perlindungan hak-hak adat
– Pembangunan berkelanjutan yang tidak mengorbankan masyarakat lokal
– Pengakuan terhadap keberagaman budaya sebagai kekuatan bangsa
Partisipasi aktif pemerintah, lembaga adat, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas keagamaan sangat diperlukan. Edukasi dan dialog publik yang konstruktif juga menjadi landasan untuk membangun pemahaman bersama mengenai pentingnya penghormatan HAM.

Menjaga Masa Depan Papua
Hari HAM adalah pengingat bahwa pemenuhan HAM bukan hanya kewajiban negara, tetapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat. Di Papua, komitmen itu berarti:
– Melindungi tanah adat yang tersisa dari ancaman perampasan dan kerusakan
– Memastikan pembagian manfaat sumber daya alam berlangsung adil
– Menjamin pembangunan tidak menyingkirkan masyarakat setempat
Melindungi HAM di Papua adalah upaya menyelamatkan masa depan generasi mendatang, sekaligus menjaga harmoni antara manusia dan alam yang menjadi identitas masyarakat adat.
Suara dari Papua untuk Indonesia
Peringatan Hari HAM Sedunia mengingatkan bahwa keadilan dan kesetaraan harus diwujudkan hari ini, bukan esok. Papua membutuhkan ruang dialog, perlindungan yang konsisten, dan kebijakan pembangunan yang benar-benar menempatkan masyarakat lokal sebagai subjek, bukan objek.
Dengan mendengar suara masyarakat adat dan memastikan hak-hak mereka dilindungi, Indonesia tidak hanya menjaga keberlangsungan Papua, tetapi juga menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi fondasi negara.
Oleh: Frans X. Rumere | Refleksi 10 Des 2025
Laporan: Sony Rumainum







