Foto: istimewa | Tampak Yanni, SH., anggota Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (KEPP Otsus Papua) bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Jakarta, jurnalmamberamofoja.com – Anggota Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (KEPP Otsus Papua), Yanni, mengusulkan peneguhan Papua sebagai “Tanah Injili yang Diberkati.”
Gagasan tersebut ia sampaikan dalam Rapat Pleno BP3OKP yang dipimpin Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Manokwari, Papua Barat, beberapa waktu lalu. Yanni menilai bahwa identitas ini memiliki dasar historis, sosiologis, spiritual, dan kebangsaan yang kuat.
“Papua yang berada di ujung timur Indonesia harus dikenali melalui identitas bermartabat. Tanah Injili yang Diberkati menjadi simbol integrasi spiritual dan kebangsaan,” ujar Yanni di Jakarta, Jumat (21/11).
Baca juga: Yanni Usulkan Dana Otsus Papua Disalurkan Langsung ke Rakyat Lewat Skema BLT
Menurutnya, predikat tersebut bersifat simbolik dan tidak meniadakan keberagaman keyakinan di Indonesia.
Yanni menjelaskan bahwa kedatangan Injil di Pulau Mansinam pada 1855 merupakan momentum penting yang membuka jalan bagi pendidikan modern, kesehatan, serta sistem administrasi yang lebih terstruktur di Papua. Peristiwa awal itu menjadi fondasi perjalanan sosial modern Papua.
Ia mengajak publik memahami momen historis tersebut melalui pendekatan historical institutionalism, yang melihat bahwa peristiwa awal mampu membentuk jalur sejarah panjang yang mempengaruhi perilaku dan arah perubahan masyarakat. Jejak misi gereja, pendidikan, dan pelayanan sosial terbukti mengangkat martabat masyarakat Papua.
“Warisan nilai dan institusi yang hadir sejak abad ke-19 masih tumbuh hingga kini. Ini memberi legitimasi kuat bagi penegasan Papua sebagai Tanah Injili,” ucapnya.

Yanni juga mengutip pemikiran Emile Durkheim tentang fungsi sosial agama dan simbol kolektif bagi solidaritas masyarakat. Papua, yang terdiri atas beragam suku dan budaya, menurutnya membutuhkan simbol pemersatu yang mengikat kesadaran moral bersama.
“Simbol ini bukan eksklusif, tetapi ruang sosial untuk memperkuat kesatuan dan tanggung jawab bersama,” jelasnya.
Ia melihat bahwa spiritualitas Kristen telah melekat dalam kehidupan masyarakat Papua, baik melalui ibadah, pendidikan, maupun pelayanan sosial. Nilai-nilai Injil, katanya, menjadi pedoman dalam musyawarah jemaat, pembinaan generasi muda, hingga penyelesaian konflik sosial.
Yanni meyakini bahwa identitas Tanah Injili akan memperkuat peran Papua dalam narasi kebangsaan Indonesia. Ia mencontohkan simbol “Serambi Mekkah” di Aceh dan “Pulau Dewata” di Bali yang telah diterima sebagai bagian kekayaan budaya nasional.
“Identitas lokal Papua akan memperkaya mosaik Indonesia,” tegasnya.
Baca juga: Kenapa Papua Minta Dana Otsus 6 Persen? Ini Penjelasan Yanni
Menutup pernyataannya, Yanni mengucapkan selamat HUT Otsus Papua ke-24 dan berharap momentum ini memperkuat hubungan Papua dan negara.
“Cahaya dari timur selalu membawa harapan bagi kejayaan Indonesia,” pungkasnya.
Laporan: M. Irfan







