Foto: istimewa | Tampak Gubernur Papua, Komjen Pol. (Purn). Matius D. Fakhiri, S.IK., MH., ketika melakukan sidak di RSUD Abepura, didampingi Dirut RSUD dr. Daisy Urbinas, Jumat (7/11).

Jayapura, jurnalmamberamofoja.com – Suasana sore di RSUD Abepura mendadak tegang saat Gubernur Papua, Matius Derek Fakhiri, melakukan inspeksi mendadak tanpa pemberitahuan. Tanpa protokol, ia langsung masuk ke ruang pelayanan dan menyapa pasien serta tenaga medis yang tampak kewalahan.
Di ruang tunggu, antrean panjang dan wajah-wajah lelah membuat Fakhiri geram. Ia mendengar langsung keluhan masyarakat soal pelayanan lambat, administrasi berbelit, hingga penanganan pasien yang tidak sesuai kondisi darurat.
“Pasien harus ditangani dulu, administrasi belakangan. Ini rumah sakit, bukan kantor loket!” tegas Fakhiri di hadapan petugas.
Gubernur juga menyoroti kedisiplinan pegawai, kebersihan lingkungan, dan pengelolaan limbah medis yang disebut warga tidak tertangani baik. Menurutnya, masalah-masalah itu menunjukkan lemahnya manajemen internal RSUD Abepura.
“Manajemen RSUD Abepura harus dibenahi total,” ujarnya dengan nada tegas.

Fakhiri memberi waktu 1–2 hari kepada pihak rumah sakit untuk memperbaiki pelayanan. Ia meminta seluruh tenaga kesehatan, dokter, dan masyarakat memberikan masukan langsung agar perubahan segera dilakukan.
“Kalau manajemen tidak mampu memperbaiki pelayanan, maka pimpinan akan diganti. Direktur RSUD Abepura harus siap dievaluasi,” tegasnya.
Bagi sebagian orang, ucapan itu mengejutkan. Namun bagi pasien yang kerap menunggu berjam-jam, langkah gubernur menjadi secercah harapan.
Sidak ini bukan sekadar kunjungan, melainkan peringatan keras agar layanan kesehatan di Papua benar-benar berpihak pada pasien bukan pada urusan administrasi. Karena di balik setiap antrean panjang, ada nyawa dan harapan yang menunggu.
Laporan: Sony Rumainum







