Foto: istimewa | Tampak Jorgen Tawane ketua Himpunan mahasiswa dan pengurus bersama perwakilan pemilik ulayat Wellem Ansaka, Minggu (9/11) di kampung Asei Kecil, Sentani.
Jayapura, jurnalmamberamofoja.com — Pembangunan Asrama Mahasiswa Mamberamo Raya di kawasan Bumi Perkemahan (Buper) Waena, Kota Jayapura, terpaksa dihentikan sementara oleh pemilik ulayat.
Penghentian ini dilakukan karena Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya belum melunasi pembayaran tanah seluas 1,5 hektare yang digunakan untuk proyek pembangunan tersebut.
Pertemuan antara pemilik ulayat, tokoh adat Kampung Asei Kecil dan Asei Besar, bersama mahasiswa asal Mamberamo Raya digelar di kampung Asei Kecil, Sentani Timur, Minggu (9/11), untuk membahas kejelasan proses pembangunan asrama yang saat ini terhenti.

Tokoh adat sekaligus perwakilan pemilik ulayat, Wellem Ansaka, menegaskan bahwa pihaknya tidak menolak pembangunan asrama, namun meminta pemerintah daerah segera menuntaskan kewajiban pembayaran lahan agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.
Baca juga: Bupati Roby Rumansara Dorong Mahasiswa Mamberamo Raya Jadi Pemimpin Masa Depan Papua
“Kami tidak melarang pembangunan, tapi tanah ini punya hak ulayat yang harus dihargai. Jadi kami hentikan dulu pekerjaan sambil menunggu pelunasan. Kami minta Bupati Mamberamo Raya segera selesaikan masalah ini dengan cara baik,” ujar Wellem Ansaka.
Ia menambahkan, langkah penghentian ini merupakan bentuk penegasan adat, bukan upaya menghambat pembangunan, dan diharapkan menjadi sinyal agar pemerintah segera bertindak.

Sementara itu, Ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Mamberamo Raya (HPM-MR), Jorgen Tawane, meminta pemerintah daerah khususnya Bupati Roby Rumansara dan Wakil Bupati Keven Totouw untuk segera menindaklanjuti persoalan ini.
“Pembangunan asrama ini penting bagi mahasiswa kami di Jayapura. Tapi kalau soal tanah belum tuntas, tentu akan terus jadi masalah. Kami harap Pemda Mamberamo Raya turun langsung menyelesaikan dengan pihak adat agar pembangunan bisa dilanjutkan,” kata Jorgen Tawane.
Ia juga menyoroti pentingnya keberadaan asrama mahasiswa sebagai bagian dari upaya membangun Sumber Daya Manusia (SDM) anak asli Papua, khususnya generasi muda Mamberamo Raya di bidang pendidikan.

“Asrama bukan sekadar tempat tinggal, tapi wadah pembinaan dan belajar. Kalau ini tidak segera diselesaikan, maka upaya kita membangun SDM daerah juga akan terhambat,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Jorgen menyampaikan apresiasi kepada para ondofolo dan kepala suku yang telah membuka ruang dialog dan menunjukkan itikad baik dalam mencari solusi bersama.
Ia menegaskan, pihak mahasiswa akan menyampaikan hasil pertemuan tersebut kepada pemerintah daerah agar proses pembangunan bisa dilanjutkan dengan dasar yang jelas dan adil.
Laporan: Roy Hamadi









