
Foto: Sony | Tampak mahkota yang dibuat dalam pelatihan oleh Sanggar Kaimoni Abepura, Sabtu (11/10).
Jayapura, jurnalmamberamofoja.com — Mahkota kepala khas Papua bukan sekadar hiasan, tetapi lambang kehormatan, kebijaksanaan, dan identitas yang melekat dalam setiap sendi kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua.
Di balik tiap helai bulu burung dan untaian manik, tersimpan makna mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan leluhur.
Menjaga warisan budaya yang sarat nilai itu, Sanggar Seni Budaya Kaimoni Abepura menggelar Pelatihan Pembuatan Mahkota Kepala Khas Papua pada 11–12 Oktober 2025.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh 25 peserta dari berbagai kalangan mulai dari pelajar, seniman muda, hingga pemerhati budaya lokal.
Baca juga: Senator Carel Suebu Jadikan Reses Sebagai Aksi Nyata Selamatkan Gunung Cycloop
Pelatihan berlangsung penuh semangat. Para peserta belajar membuat mahkota dengan bahan-bahan alami seperti bulu burung kasuari, rotan, kulit kayu permisi, hingga manik-manik tradisional. Tak sekadar keterampilan tangan, proses ini juga menjadi media pembelajaran nilai filosofis di balik setiap elemen mahkota simbol kesetiaan, kehormatan, dan keseimbangan dengan alam.
“Pelatihan ini kami rancang agar peserta tidak hanya pandai membuat mahkota, tetapi juga memahami nilai simbolik yang terkandung di dalamnya. Setiap bentuk dan warna memiliki makna yang harus dimengerti,” ujar salah satu panitia pelaksana kegiatan.
Acara dibuka oleh Guru Wiliam Hamadi, S.Pd., M.Pd., Wakil Ketua Dewan Kesenian Kota Jayapura sekaligus perwakilan Balai Kementerian Kebudayaan Wilayah XXII Papua.
Dalam sambutannya, Wiliam menekankan pentingnya menumbuhkan kebanggaan terhadap budaya asli Papua sebagai benteng jati diri di tengah arus modernisasi.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya asli Papua. Setiap peserta diharapkan menjadi bagian dari generasi yang melestarikan dan mengembangkan identitas budaya daerahnya,” tegasnya.
Bagi para peserta, kegiatan ini bukan hanya tentang kerajinan, tetapi juga perjalanan spiritual mengenal kembali akar budaya mereka yang kaya makna.
Melalui pelatihan ini, Sanggar Seni Kaimoni Abepura menegaskan komitmennya untuk menjadi ruang kreatif yang tak hanya menghidupkan seni, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan leluhur.
Harapannya, dari tangan-tangan muda yang terampil, lahir mahkota-mahkota baru yang indah, unik, dan tetap berpijak pada nilai adat yang luhur.
Laporan: Sonny Rumainum