Foto: istimewa | Pasien ODHA

Jayapura, jurnalmamberamofoja.com – Angka kasus HIV/AIDS di Kota Jayapura kembali menanjak dan menembus 8.864 kasus per 13 November 2025. Data ini menempatkan Jayapura sebagai salah satu wilayah dengan kasus tertinggi di Tanah Papua.
Lonjakan tersebut dipengaruhi berbagai faktor sosial, salah satunya maraknya praktik pekerja seks komersial (PSK) terselubung melalui media sosial. Aktivitas daring yang sulit diawasi membuat pola penularan semakin sulit dikendalikan.
Dari layanan kesehatan primer, laporan peningkatan kasus juga terlihat jelas. Puskesmas Sentani mencatat 79 kasus baru dari 2.769 pemeriksaan sepanjang tahun. Lima di antaranya adalah ibu hamil, memunculkan kekhawatiran penularan dari ibu ke bayi.

Tenaga kesehatan menyebut stigma mengenai HIV masih menjadi hambatan utama. Banyak warga enggan memeriksakan diri, sehingga kasus baru sering terdeteksi saat kondisi sudah berat. Selain itu, perilaku berisiko dan rendahnya penggunaan alat pelindung turut memperbesar potensi penularan.
Pemerintah Kota Jayapura bersama organisasi masyarakat dan lembaga kesehatan kini terus memperluas edukasi publik. Penyuluhan di sekolah, rumah ibadah, dan kampung-kampung menjadi fokus utama untuk menekan laju penularan.
Tenaga medis mengajak masyarakat melakukan pemeriksaan dini melalui layanan VCT agar penanganan dapat diberikan sedini mungkin. “Mengetahui status sejak awal sangat penting untuk mencegah penularan dan memulai pengobatan,” kata salah satu petugas kesehatan di Jayapura.
Peningkatan kasus HIV setiap tahun menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati, terutama dalam aktivitas daring, serta menjaga perilaku hidup sehat dan bertanggung jawab. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dinilai menjadi kunci pengendalian kasus di Papua.
Laporan: Sony Rumainum







